Sekilas Kisah Perjalanan Pondok Lada

Kebu Lada Berau

Sering kita mendapati berita, artikel, ataupun peristiwa tentang nasib petani yang tidak berdaya dengan hasil panen mereka. Kondisi rendahnya harga jual panen mereka sudah sering terjadi. Akses informasi yang mereka dapat pun tak lebih hanya sampai pengepul tingkat kabupaten.

Begitu juga yang terjadi pada petani perkebunan lada yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Hal ini yang mendorong keinginan untuk melakukan perubahan.

Perkebunan Lada

Kabupaten Berau merupakan kabupaten yang memiliki banyak sumber daya alam. Salah satunya adalah perkebunan lada. Kondisi yang ada selama ini tak berbeda dengan kebanyakan desa pada umumnya. Di kampung hanya dijadikan sumber bahan baku yang kemudian dibawa ke Pulau Jawa dan diproses di sana.

Hasil produksinya didistribusikan kembali ke Kalimantan. Hal ini tentunya mengakibatkan rantai distribusi menjadi panjang. Rantai distribusi yang panjang ini mengakibatkan tersebarnya nilai tambah kepada pengepul-pengepul dan menekan harga jual ke petani.

Pengolahan Lada Tradisional

Pengolahan yang dilakukan adalah proses pengemasan yang siap untuk dijual. Mereka mengemas lada dari petani dalam bentuk eceran dan memprosesnya menjadi bubuk kemudian dikemas dalam botol plastik kemudian diberi label stiker di kemasannya.

Di tahun 2017, pada masa-masa awal, mereka menggunakan fasilitas seadanya seperti blender dapur untuk mesin pembubuknya, printer untuk cetak stiker, dan peralatan rumah tangga lainnya. Tak jarang blender yang digunakan cepat rusak karena penggunaan yang tidak sesuai standar (penggunaan pada lada yang bertekstur keras).

Pengolahan Lada Modern

Bermula dari kelompok ibu-ibu PKK di Kampung Merancang Ilir yang mengikuti pelatihan pengolahan paska panen, mereka ingin dapat melakukan suatu perubahan terhadap kondisi yang selama ini mereka alami.

Kemudian mereka mencoba mempraktekkan apa yang sudah mereka pelajari dari pelatihan tersebut dengan mengolah secara mandiri sumber daya alam di kampungnya, yaitu lada. Dengan melakukan pengolahan paska panen ini, mereka berharap dapat langsung menjual lada kepada konsumen.

Dengan bermodalkan alat seadanya dan sering menggunakan dana pribadi, usaha ini tetap dilakukan. Hal ini terus dilakukan sambil berupaya mengadakan mesin pembubukan dan pengemasan yang memenuhi standar produksi. Penjualan dilakukan dengan menitipkan di beberapa toko dan menginformasikan kepada teman-teman melalui media seadanya.

Peningkatan kualitas pun terus dilakukan. Dari kemasan yang sederhana menjadi kemasan dengan desain yang lebih baik. Tentu pemberian merek menjadi penting untuk memberikan identitas yang dapat dikenali orang lain.

Merk Pondok Lada

Nama Pondok Lada dipilih sebagai merek mereka dan desain diubah semenarik mungkin. Kemasan baru ini dapat bersaing dengan produk-produk sejenis yang sudah ada di pasaran. Upaya ibu-ibu ini dan semangat memulai dengan fasilitas seadanya mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah kampung yang kemudian bersedia memberikan bantuan berupa alat produksi.

Alat tersebut antara lain mesin pembubukan, mesin pengemasan, dan kemasan lada. Tentunya hal ini menjadi penyemangat baru dalam menjalankan usaha mereka ke depannya.

Penjualan Lada Merk Pondok Lada